Jumat, 11 Agustus 2017

Musim : Menunggu


Meski mendung terus bermanja dengan langit.
Aku masih tetap disini.
Menunggu atau bolehkah aku melangkah sejenak?

Meski udara dingin terus menusuk tulang.

Aku masih tetap disini.
Menunggu atau bolehkah aku pergi menghangatkan diri?

Meski terik terus memaparkan sinarnya dan diriku penuh peluh.
Aku masih tetap disini.
Menunggu atau bolehkah aku pergi berteduh?

Meski hanya angin dan dedaunan gugur yang terus menemaniku.
Aku masih tetap disini.
Duduk di kursi panjang berwarna coklat, menghadap bunga-bunga yang bermekaran.
Menuliskan kegelisahan dalam sebuah catatan hati seorang muslimah.

Entah tentang apa, siapa, mengapa serta kapan.
Tulisan ini sudah tertuang dalam ratusan kata.

Di setiap musim aku menunggu 

Selasa, 08 Agustus 2017

Oreki Houtarou (Hyouka)



“ Jika aku tidak perlu melakukannya, Aku tidak akan melakukannya Jika aku harus melakukannya, Aku akan lakukan dengan cepat ” - Oreki Houtarou. Hyouka.

Belum bisa move on dari anime satu ini.
Saking tak bisa move on nya saya cari light novel nya yang masih berlanjut alias tidak ada di anime. Sejauh ini sudah baca sampai volume 6 . 

Pada judul terjemahan inggirs "The Long Holiday" , pada awal prolog sudah memunculkan rasa penasaran yaitu Oreki Houtarou tiba-tiba merasa semangat untuk melakukan sesuatu dalam cuaca yang baik pada hari itu. Ia tidak ingin menyia-nyiakan energi yang melimpah itu, untuk bisa kembali normal (tidak habis pikir untuk yang ini). Cerita terus disampaikan pada bagian yang menurut saya sedikit membosankan, tapi sebenarnya itu adalah pendetilan dalam cerita untuk membuat pembaca bisa merasakan apa yang dipikirkan oreki houtarou. Namun hal yang membuat sy tergerak ingin menuliskan review ini adalah, cerita dibalik motto Oreki Houtarou yang menyebut dirinya "menghemat energi". Cerita itu dibuat apik sekali, sampai2 sy pun merasa tercengang, tercenung, dan tiba-tiba ikut sedih. Serasa sedang mendengarkan curahan hati paling dalam dari seorang Oreki Houtarou yang cerdas dan hemat energi ini.

Bagi yang memahami karakter Houtarou tentu bertanya, hal apa yang membuatnya tiba-tiba menceritakan kisah dibalik mottonya itu secara dia tipe orang yang tertutup. Ternyata didasarkan atas rasa penasaran Chitanda Eru. Saat membersihkan kuil tiba-tiba Chitanda bertanya Kenapa Houtarou selalu mengatakan motto “ Jika aku tidak perlu melakukannya, Aku tidak akan melakukannya Jika aku harus melakukannya, Aku akan lakukan dengan cepat ”.

Well, silahkan baca kisahnya :).
Saya tidak bisa menceritakannya disini karena bisa melanggar hak cipta hehe, serta sy membacanya juga pakai translate google karena volume 6 untuk bahasa indonesia belum ada, jadi ya begitu sedikit pusing membacanya.
Maaf, jika ada bahasa yang berputar-putar (penulisnya mungkin ingin ngajak jalan-jalan).

Minggu, 30 Juli 2017

Rainbow : Episode 4 (End)

Dedaunan dan Angin menari

 

Aku menunggu ditengah keramaian. Masih saja merasakan kesepian, meski sebuah ucapan selamat telah berdatangan.
Yang berjanji akan segera datang tak kunjung menampakkan dirinya.
Aku tertunduk menahan kesedihan berusaha tersenyum dalam himpitan waktu.

"A..aah.. begini ya rasanya sebatang kara" Keluhku.
Daun-daun berguguran meski belum sepenuhnya kuning. Angin berhembus diriku seakan berusaha menemaniku.

"Hulya" Suara itu menganggetkanku. Aku ragu-ragu menolehnya. Seketika badanku rasanya kaku. Bingung entah ekspresi apa yang harus kuberikan. Tidak, lebih tepatnya kata apa yang bisa memulai perjumpaan kami yang sekian lama berpisah. Dulu saling berdebat. Dulu saling memperebutkan hal-hal yang tidak penting meski aku berusaha menghindar namun ia berhasil memaksaku keluar dari zona nyaman.

"Hulya selamat ya" Langkah kaki itu sudah mendekatiku. Aku mendongak menatapnya. Tinggi.
Aku masih dengan keterkejutanku.

"Hulya? Masih ingat aku kan?"

"A-Afif?" Bagaimana dia bisa-. Aku terdiam sejenak. Sherly.

"Syukurlah masih ingat, aku sempat khawatir kamu lupa" Ia mengalihkan pandangannya sambil menggaruk-garuk kepala. Sesekali menunduk lalu bertanya lagi "kamu sendiri?"
Ah, pertanyaan itu entah mengapa tiba-tiba mengubah ekspresi wajahku.

"Hm" hanya itu.

"Maaf, aku tida ber-"

"Terimakasih sudah datang" Akhirnya aku bisa tersenyum. Sungguh aku seharusnya benar-benar berterimakasih padanya. ikut berkumpul bersama dedaunan yang gugur dan angin yang berhembus."Terimakasih"

"Sherly sudah menunggu di restoran, kita pergi sekarang?"

"Sherly?"

"Dia tidak memberitahumu?" Aku menggeleng. Kejutan apa ini?
Tapi terlepas dari hal itu aku senang. Akhirnya di hari bahagia ini aku tidak sendiri.

***
Aku pergi dengan mobil Afif. Dia mengemudi sambil sesekali menanyakan tentang kabarku, sesekali bercanda, sesekali membuatku sedikit kesal, sesekali menyelipkan kisah perjuangannya selama S2.

"Hulyaaaaa.." Sherly berlari lalu memelukku erat sesampai aku di restoran. Diluar dugaan. Kenapa semua keluarga Sherly datang juga. "Ini acara syukuran buat wisuda Hulya, Selamat ya Beb" ia mengembangkan senyumnya.

Afif juga tersenyum.

Hari itu kami semua menikmati hidangan.
Tawa riang. Saling bercerita. Suasana kekeluargaan yang begitu kurindukan.

"Aku sudah tahu siapa yang dulu Hulya sukai" Sherly membuka pembicaraan ketika kami bertiga jauh dari kerumunan. Aku terdiam. Apakah ini waktu yang tepat membicarakan hal itu.

"Itu sudah lama" Aku hanya menjawa datar.

"Benarkah?" Afif malah merespon dengan wajah penasaran. Tampak ia tersenyum ketika aku sekilas memandangnya. "Ha?"

"Aku juga penasaran" Afif memanganku penuh selidik.

"Afif, dialah pria yang selalu membuat masa SMA Hulya penuh warna seperti pelangi, benarkan?" Sherly menoleh kepadaku.

Aku ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Hulya atas topik ini. Tapi melihat senyumnya yang riang, aku perlahan mulai mengerti. Mungkin ini untuk lelaki di sebelahku yang sudah mulai tersipu malu. Walau sedikit terlambat namun hatiku mulai berdesir.
Salah, bukan Afif yang aku suka dulu tapi Sang pemimpin upacara. Lelaki yang juga disukai Sherly. Namun mungkin tidak sepenuhnya sherly salah. Masa SMA ku telah berwarna seperti pelangi bersama mereka.

Aku tersenyum.
"Terimakasih Sherly, Afif"
Hidupku ternyata masih terus berwarna bersama mereka.

*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 3

Kenapa Dia Menanyaiku?

Aku sungguh tidak percaya mendengar cerita Sherly.

"Itu beneran?" Aku memastikan lagi cerita barusan benar atau tidak.

"Iya si Afif sekarang sudah S2 dan baru lulus, beberapa hari yang lalu aku ketemu sama dia" Jawab Sherly sambil senyum-senyum jail memandangku "dia nanyain kamu lhoo..cieee..ciee" Sherly tertawa geli sambil menyeruput ice cappucinonya.

Aku jadi kehilangan selera untuk minum, menaruh kembali jus di atas meja.

"Aku serius lho gak bohong" Sherly memanyunkan mulutnya.

"Aku senang untuk berita yang pertama tapi tidak yang kedua"
Sherly terus menceritakan kabar terbaru tentang Afif, lebih tepatnya terkesan seperti promosi.

"Hulya, kira-kira kapan kamu wisuda?" Sherly bertanya hati-hati. tangannya terus memutar bibir gelas.

"Hmm... jika tidak ada halangan 3 bulan lagi" Aku menjawab sedatar mungkin.

"Baguss" Mata Sherly tiba-tiba bersinar. "Pastikan kamu belum ada calon ya"

"Apa? maksudnya"

"Ya calon..calon suami"

"Lhoo kok tiba-tiba-"

"Uwaaaaa.... hari ini sungguh bahagia, jangan lupa undang aku ya saat wisuda, InsyaAllah aku usahakan datang"

"Owh...mm" Aku tidak tahu harus berkata apa. Sherly sungguh tak terlawankan kalo bicara. Semua kata yang ada dipikirannya seakan meluap begitu saja. Aku sudah mengenalnya 7 tahun lamanya dan itu sudah biasa meski kami jarang bersua. Seakan kembali muda, bayangan akan obrolan setiap hari di sekolah muncul begitu saja.

"Oia, kalau bukan Afif yang kamu suka waktu SMA, lalu siapa?"

"Pffffftttttt..." Aku tersedak. Minuman yang sudah kuminum keluar begitu saja, memuncrat hingga mengenai wajah cantik putih Sherly. "Uhuukk..uhuk...ly, maaf ly..uhuk..uhuk"
Aku belum sempat memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan yang terakhir itu atau terus mengabaikannya kali ini.
Kali ini aku masih disibukkan batukku karena kaget tadi. Hidungku rasanya perih.

Sherly terus menggosok-gosok punggungku.

Bersambung...


*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 2

Kamu Mau Tahu ?

Pertanyaannya adalah kenapa aku mengenang masa SMA ku?
Itu karena Sherly. Ia datang ke tempat kerja paruh waktuku.

"Selamat siang, mau pesan apa mba?" Salah satu kebiasaanku jika tamu datang.

"Assalamu'alaikum, Hulya" Sherly memberikan senyum manisnya dengan kedipan matanya.

"Sherly?" Aku kaget melihat sosoknya yang semakin lama semakin cantik. kulit putih dan make up ala-ala korea dengan kacamata bulatnya.

"Lama tidak bertemu" ucapnya sambil melepas kacamatanya. Benar sudah lama kami tidak bertemu. Setelah lulus SMA ia meneruskan pendidikannya ke fakultas kedokteran dan sejak saat itu kami jarang berkomunikasi apalagi bertemu.

Ia menungguku.

Duduk disana sibuk dengan handphone nya. Sesekali aku memandang ia yang selfie sambil memonyongkan mulutnya.

"Maaf, nunggu lama ya?" Kataku sesudah meminta izin ke manager untuk istirahat menemani tamuku yang langka ini.

"Gak masalah kok, lagian hari ini aku freeeeee" ia tertawa ceria.

"Lihat, bagus kan gambarnya?" ia menunjukkan foto dirinya, tapi eh liat ada aku dibelakangnya tersenyum melayani tamu alias candid.

"Kok ada akunya? jadi jelekkan gambarnya" komentarku.

"Jelek apaan, kamu tu cantik tau, cantik wanita turki. Kok kurusan sih. Kamu makan kan?"

"Ya makanlah"

"Tiga kali?" aku menggeleng lalu mengambil minumanku.

"Jarang" Kataku sambil tertawa. Sherly hanya tersenyum kecut.
Kami terus membicarakan masa SMA. Sherly memang semakin dewasa dan cantik. Tapi ia masih seperti waktu SMA dulu. Masih ingin tahu siapa yang ku suka di sekolah dulu.

"Itu udah lama masih diungkit juga, aku aja udah lupa"

"Masa sih? tapi tebakanku benarkan selama ini?"

"Benar apanya?"

"Ya, siapa lagi cowok yang kamu suka kalau bukan Afif"

"Pfft.." Aku hampir memuntahkan minuman yang ada dimulutku. "Afif?"

Sherly hanya mengangkat bahu.
Itu tidak benar. Bukan Afif yang ku suka waktu itu. Tapi aku tak bisa memberitahu siapa orang yang ku suka pada Sherly baik 5 tahun yang lalu ataupun hingga saat ini.

Bersambung...

*isyarayle Juli 2017

Rainbow : Episode 1


Kenangan waktu itu


Kesiur angin menemani apel upacara pagi itu.
Cuaca yang mendung menambah suasana sendu.
Suara pemimpin upacara memecahkan kesunyian.
Tiap kata yang diucap dipekikan dengan lantang dan tegas. Peserta upacara pun harus mengikuti perintahnya. Siap grak, hormat grak dan lain sebagainya.
Pagi itu tanganku terasa dingin.
Berada dibarisan paling depan tidak jauh jaraknya dari sang pemimpin upacara.
Aku mengepal kuat tanganku. Kenapa tanganku begitu dingin? apa karena cuaca? atau karena?

***
Barisan sudah dibubarkan. Para siswa-siswi berebut menuju tangga ke kelasnya masing-masing.
Aku tidak begitu suka dengan hal itu. saling dorong untuk bisa sampai menuju kelas? lebih baik menunggu sampai sepi.

"Kamu tidak ke kelas?" aku tidak menoleh ke sumber suara. masih fokus menatap keramaian disana.
Siapa yang bicara?

 "Iya, sebentar lagi" jawabku sedatar mungkin. tapi suara ini?

"Kalau begitu aku duluan ya" aku reflek menoleh. Sang pemimpin upacara?! Aku tertegun. Ia pun melangkah menuju anak tangga yang menjadi rebutan. aku terus menatap langkah kakinya yang terasa perlahan meninggalkanku.

Kenapa bisa-bisanya aku tidak mengenali suaranya?
Mungkin aku sering mendengarnya ketika sedang berpidato dengan suara lantang.
Kenapa suara yang tadi begitu lembut?
Aku terus memikirkan hal itu hingga tanpa sadar pipiku terasa panas.

"Hulya, yuk ke kelas" Sherly merangkul tanganku.

Sebenarnya aku bukan hanya menunggu barisan sepi tapi juga menunggu Sherly yang belanja di kantin, dia bilang belum sarapan. S
yukurlah tadi masih bertahan "Perutku sudah lapar, eh tapi ada apa dengan pipimu?"

"Bu..bu..bukan apa-apa..ayok" aku menarik tangan sherly berjalan secepat mungkin saat itu.
Itu kenangan masa putih abu-abuku 5 tahun yang lalu.

Bersambung...

*isyarayle Juli 2017

Rabu, 29 Maret 2017

My Story About You : Episode 11 (Epilog)


Syarmila mempersiapkan diri, seminggu lagi ia akan terbang ke Jepang, negeri sakura. Ia mendapatkan bea siswa untuk mengambil jurusan arsitektur mengikuti jejak kakaknya.

Ayah dan Ibu awalnya sempat ragu, namun Syahnaz meyakinkan bahwa adiknya akan baik-baik saja karena ia akan menjaga Syarmila disana.

Syarif resmi naik ke kelas 2. ia pun diberi amanah menjadi Ketua Rohis, sungguh hal itu membuat kedua kakaknya senang, ia harus lebih banyak bicara lagi tampil di depan umum, tapi Syarif tetaplah Syarif ia dingin sebagaimana biasanya.

Pinky melanjutkan kuliahnya di Kota Jakarta mengambil jurusan manajemen, ia begitu murung sebelum keberangkatan Syarmila ke Jepang, ia senang sekaligus sedih itu berarti ia akan jarang bertemu dengan sahabat terbaiknya.

"Kan udah ada video call," Hibu Syarmila, Pinky awalnya cemberut akhirnya ceria.

Syarmila menatap sekeliling kamar yang akan sangat lama ia tinggalkan, terbayang semua kegiatan yang ia habiskan di kamar kecilnya itu. Semua terkenang, seperti sebuah film dokumenter. Gadis itu mendekat ke jendela dan membuka perlahan jendela itu.

"Kak ayo" Syarif sudah mengajak kakaknya untuk turun, ia harus pergi ke bandara.

Seminggu setelah kejadian yang begitu mengguncang batin Syarmila, ia mendapatkan supucuk surat.
"Ini surat dari Bang Afkar sewaktu kakak di rumah sakit, beliau juga menitipkan salam untuk kakak supaya lekas sembuh"

Syarmila menatap lama surat yang ada ditangan adiknya itu, ia ragu untuk menerima.

"Sebenarnya, aku sudah lama ingin memberikan ini, tapi sepertinya ini saatnya tepat karena kakak sudah lebih baik dari sebelumnya, terimalah aku tidak ingin melanggar amanah ini" Bujuk Syarif.

"Makasih ya dek" Syarmila berusaha tersenyum.

Burung besi terbang mengudara di langit cakrawala. Syarmila membuka penutup jendela pesawat, ia menyaksikan senja yang menjingga. Biasanya ia hanya menatap jauh dari jendela kamarnya kini terasa begitu dekat seakan ia bisa mengenggam awan. Kak Syahnaz tertidur pulas sambil menggunakan penutup mata dengan motif lucu.

Syarmila teringat sesuatu, ia membuka tas kecilnya. Sepucuk surat berwarna biru yang masih utuh belum dibuka sama sekali.

Dear Syarmila,
Assalamu'alaikum Gadis manis,
Semoga kamu lekas sembuh dan selalu dalam keadaan sehat.
Maaf jika Abang selama ini ada hal yang menyakitkanmu, terutama tidak hadir di festival.
Abang benar-benar minta maaf, seharusnya ketika kita bertemu di pekarangan rumah saat itu Abang langsung menyampaikan rasa bersalah Abang.
Syarmila, Gadis manis, tetaplah menjadi gadis yang ceria dan percaya diri, kamu gadis yang kuat Abang sangat menganggumimu, bakatmu luar biasa.
Semoga dimanapun kamu berada, kamu selalu menjadi cahaya bagi sekitarmu.
Ahya, Abang sungguh berterimakasih atas bantuanmu,sungguh Abang menyukai postermu.
Terakhir dari Abang,  semoga Syarmila bisa menemukan cinta sejati.

Salam 

Afkar.

Air mata Syarmila jatuh perlahan, gadis itu menangis tanpa suara. 'Cinta Sejati' katanya. Apa dia tahu sesuatu tentang perasaannya?. Entahlah Gadis itu sudah tidak ingin mengingatnya. Namun surat itu seperti menyiram hatinya yang gersang.

Perjalanan hari ini sungguh mengharu biru di atas cakrawala langit jingga.

"Berakhir sudah ceritaku tentang kamu" Bisik Syarmila.

***

Apakah Syarmila bertemu dengan cinta sejatinya? #Season2